TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan kredit tahun ini diproyeksi masih loyo. Upaya perbankan menggenjot penyaluran kredit tak mudah karena masih lesunya permintaan dan tingginya risiko gagal bayar yang membayangi akibat dampak pandemi Covid-19.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede berujar laju pertumbuhan belum akan bergulir kencang, sebab hingga akhir tahun lalu nominal penyaluran kredit masih terus mengalami penurunan. Secara akumulatif, kredit perbankan tercatat tumbuh negatif -2,7 persen sepanjang 2020.
“Pertumbuhan kredit diperkirakan belum akan meningkat secara signifikan, khususnya pada paruh pertama 2021,” ujar Josua kepada Tempo, Kamis 28 Januari 2021. Terdapat sejumlah tantangan yang mengganjal kinerja penyaluran kredit, utamanya adalah pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi, serta distribusi vaksin yang masih berjalan pada fase awal.
Peningkatan aktivitas ekonomi yang menstimulus ekspansi pelaku usaha menurut dia menjadi kunci pendorong permintaan kredit, “Ekspansi bisnis usaha di sisi lain juga akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat sehingga kredit konsumsi kembali bertumbuh,” katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kredit perbankan diyakini akan bangkit di tahun ini. Proyeksi optimistis pertumbuhan kredit di kisaran 7,5 persen tersebut awalnya akan dimotori oleh kebangkitan segmen usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Hal itu tak terlepas dari pelbagai insentif yang digelontorkan pemerintah sepanjang masa pandemi, mulai dari subsidi bunga, subsisi premi penjaminan kredit, serta penempatan dana pemerintah di perbankan untuk disalurkan pada kredit UMKM. Berikutnya, segmen korporasi diprediksi bakal menyusul bangkit secara perlahan. “Kredit bisa kembali normal untuk mengompensasi kinerja tahun sebelumnya, kami perkirakan 7,5 plus minus 1 persen,” kata Wimboh.